KesehatanOpini

Solusi Pencegahan Stunting dengan Pendekatan Intergratif

Spread the love


Oleh Sumartoyo, S.Pd., M.Si. dan Nosvin Duma, S.KM.

Apa itu stunting?

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada seribu (1000) hari pertama kehidupan, sehingga membuat tinggi badan tidak bertumbuh ideal sesuai usianya dan otak menjadi lambat.

Apa itu seribu hari pertama kehidupan?

Seribu hari pertama kehidupan pada manusia yakni kondisi hidup yang perhitungannya dimulai sejak hari pertama di kandungan sampai pada usia seribu hari. Jadi kalau perhitungannya dikonversi secara bulanan maka seribu hari pertama kehidupan sama dengan 0-23 bulan.

Apa saja kondisi tidak ideal yang menyebabkan stunting?

Banyak faktor yg memengaruhi terjadinya stunting. Salah tiga dari sekian banyak faktor itu adalah:

  1. Sistem sanitasi keluarga dan lingkungan yang buruk
  2. Kurangnya asupan gizi seimbang pada usia 1000 hari pertama kehidupan
  3. Kurangnya kapasitas pengetahuan dan keterampilan bagi pasangan usia subur, sehingga sering mengabaikan asupan gizi pada saat mengandung dan pada masa pembentukan otak pada anak di usia 0-23 bulan.

Apa hubungan stunting dengan sistem sanitasi?

Kalau sanitasi buruk khususnya jamban kurang sehat dan lingkungan kuran bersih maka anak yang lahir berpotensi sakit-sakitan khususnya diare, karena pada kotoran manusia yang sering dibawa oleh lalat mengandung bakteri yang menyebabkan anak diare dan membuat gizi yang diterima menjadi tidak bermanfaat.

Lalu apa hubungannya dengan gizi seimbang?

Belakangan ini marak para pemerhati sosial dan pemerintah turun tangan menyalurkan bantuan susu, entah pada umur berapa yang menjadi sasaran bantuan. Kalau sasarannya bukan umur 0- 23 bulan maka bantuan itu sangat menyedihkan, karena niat tulusnya membantu kurang tepat sasaran.

Apakah masalah gizi seimbang hanya susu?

Susu hanyalah secuil pelengkap gizi. Dahulu kita mengenal istilah 4 sehat 5 sempurna, sekarang lebih familiar dengan isilah B2SA (Beragam, Bermutu, Seimbang, dan Aman). Beragam dari segi variasi menu dan kandungan unsur vitamin yang lengkap utamanya kandungan protein tinggi yang berkonstribusi besar pada pembentukan otak. Ini sekaligus menjawab mutu kandungan gizi pada makanan.

Seimbang karena semua unsur vitamin pada makanan, buah, sayuran, telur, ikan, daging, dll diterima secara seimbang baik pada waktu hamil maupun saat bayi. Membutuhkan makanan yang aman karena sekalipun “bale bolu” tapi mengandung formalin dan sejenisnya maka itu sama saja membunuh perlahan.

Lalu apa hubungannya dengan kapasitas pengetahuan?

Biaya paling murah dan berkelanjutan untuk mengatasi stunting adalah dengan meningkatkan pengetahuan dan kesadaran bagi orang tua anak. Karena dominan stunting terjadi karena rendahnya pengetahuan gizi seimbang pada orang tua.

Penulis punya pengalaman, mempunyai tetangga yang secara ekonomi mampu, tapi rata-rata anaknya stunting bahkan cenderung gizi buruk. Mereka saking hematnya kadang hanya makan garam sebagai lauk, padahal mampu menyajikan menu beragam. Belum lagi ibunya malas ke posyandu untuk menerima layanan berupa penyuluhan gizi, menerima tablet penambah darah, dll. Sekalipun pelayan di posyandu memberikan tablet tambah darah kadang ibu hamil tidak makan karena rendahnya pengetahuan. Padahal tablet tambah darah berfungsi mengantar gizi makanan ke bayi dalam kandungan. Jadi tablet ini berfungsi ibarat mobil yang mengantar penumpang sampai tujuan.

Selain pemahaman orang tua juga pola asuh anak oleh para orang tua yang masih sangat jauh dari kata baik, di antaranya orang tua (khususnya ibunya yang notabene seorang karyawan, ASN atau pekerja kantoran) maka anaknya akan dititipkan ke neneknya atau asisten rumah tangga, bisa saja orang tua sudah menyiapkan makanan yang sesuai dengan pola B2SA tapi pada saat pemberian makanan ke anak sudah tidak tepat.

Misalnya saja anak dibiarkan makan sendiri apalagi jika yang jaga anak tersebut punya anak kecil juga, maka bisa jadi anaknya yang kenyang sementara anak majikan makan seadanya. Ini menjadi salah satu polemik juga yang dampaknya kelak bisa beragam jika berbicara soal gizi tidak seimbang dalam masa-masa pertumbuhan anak.

Stunting tidak dapat diobati melainkan stunting perlu dicegah!

Untuk mencapai SDM yang unggul maka hal yang paling mendasar adalah bebas dari stunting. Agar generasi yang dilahirkan cerdas secara otak, tinggi dari segi pertumbuhan badan. Jadi rumusnya tinggi badan kurang = stunting, Berat Badan kurang=Gizi Buruk.
Banyak hal yang bisa dilakukan untuk mencegah stunting. Beberapa saran penulis antara lain:

  1. Pendidikan dan peningkatan kapasitas bagi pasangan pranikah maupun setelah menikah. Bahkan pendidikan ini bisa dimuat sebagai kurikulum muatan lokal dimulai dari usia setingkat remaja, sasaran utamanya remaja putri. Atau juga menggagas posyandu remaja, atau kelas inspirasi yang melibatkan praktisi kesehatan masyarakat. Jika pengetahuan dan kapasitas meningkat maka dampaknya sangat besar. Kurangnya orang yang sakit-sakitan, lahirnya generasi yang bukan hanya cerdas tapi secara perawakan tinggi badannya ideal.
  2. Meningkatkan kelas layanan di posyandu, seperti kelas konseling gizi pada orang tua, kelas senam pada ibu hamil, kelas mengenali dan memasak makanan secara sehat, kelas parenting, dll. Kondisi posyandu kita belum menjawab kebutuhan itu. Dominan posyandu kita lebih mirip portal masuk ke sebuah wisata. Ukurannya kecil, tidak menarik, dll. Padahal mestinya posyandu didesain layaknya taman bermain yang sangat menyenangkan bagi semua khususnya anak anak.
  3. Program jambanisasi dan kebersihan lingkungan lainnya
  4. Program lahan sayuran, ikan, ternak yang aman untuk dikonsumsi.
  5. Meningkatkan program keswadayaan masyarakat. Kalau hanya mengandalkan pemerintah maka stunting tidak akan selesai. Pemerintah itu birokratif, tidak bisa melakukan sesuatu secara kondisional. Mereka tergantung tahapan pencairan anggaran untuk melaksanakan program.
    Tadinya sasaran didata sebagai ibu hamil, setelah anggaran cair anaknya sudah beraktivitas. Datang bantuan susu ibu hamil padahal anak sudah besar. Inilah pentingnya program keswadayaan masyarakat. LSM khusus yang bergerak pada layanan ini sangat dibutuhkan.
    Keswuadayaan masyarakat juga bisa menolong pembentukan dana cadangan untuk menutupi sisih lemah dari pemerintah yang cenderung kaku pada pelaksanaan anggaran. Belum lagi kalau birokrasi sangat lamban bergerak. Urusan perencanaan saja dikerjakan waktu yang kurang tepat. Padahal perencanaan yang baik merupakan setengah dari keberhasilan.
  6. Program-Program konkret lainnya yang inovatif dan variatif tak terhitung jumlahnya. Masalahnya pada sikap saja, mau nggak kita berubah? Musyawarah desa kita hanya dipenuhi nomenklatur rabat jalan. Padahal rabat anak lebih penting.
    Semua solusi-solusi tersebut harus dikerjakan secara bersama. Dilimbui, dikarepu, mulai dari koar-koar tukang kritik, sampai pada implementasi janji manis.
    Indikator stunting menurun jika:
  7. Generasi cedas dan tinggi
  8. Generasi sehat: rumah sakit kurang pasien
  9. Posyandu terintegrasi
  10. Lingkungan sehat dan nyaman layaknya tempat wisata berbasis masyarakat
  11. Dll yang masih bersifat integral

Mari kita bersama-sama mencegah stunting sejak dini dengan memperbanyak edukasi di lingkungan terdekat, mampu mengeksekusi berbagai persoalan terkait stunting dengan SDM yang pemkab punya.

Penulis pertama adalah Praktisi Pendidikan, Guru, Jurnalis, Kreator Program ProPublik, dan Pemerhati Pemuda.
Penulis kedua adalah Praktisi Kesehatan dan Tenaga Kesehatan Aktif.

Sumber foto: dppkbpppa.pontianak.go.id


Spread the love

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *