KNPI BERGERAK

ANGGOTA KNPI TATOR INI INGATKAN “DEPRESI EKONOMI DI KALANGAN MILENIAL BISA TIMBULKAN BERBAGAI MASALAH”

Spread the love

AGUPENATANA TORAJA, 17 Desember 2023, Depresi ekonomi dalam lingkup lebih kecil adalah kondisi di mana aktivitas ekonomi seseorang mengalami penurunan yang luar biasa. Kondisi ini digambarkan dalam bentuk penurunan pendapatan atau hilangnya keseimbangan antara pendapatan dengan pengeluaran, sementara ada tuntutan gaya hidup yang harus terpenuhi.

Melalui riset berkelanjutan, KNPI Tana Toraja melihat ada kecendrungan depresi ekonomi tengah melanda kaum milenial di Toraja. Depresi ini menurut Ketua Riset dan SDM KNPI Tana Toraja Sumartoyo, S.Pd., M.Si. akibat terjadinya ketidaksetaraan ekonomi dan keterbatasan akses terhadap sumber daya ekonomi. Ketidaksetaraan ekonomi misalnya kesenjangan pendapatan yang signifikan antara pemuda yang berpendapatan rendah dengan yang berpendapatan tinggi, akses pendidikan dan beasiswa, dan kemampuan ekonomi yang didasari pengetahua dan keterampilan.


Sedangkan keterbatasan akses terhadap sumber daya ekonomi meliputi tidak tersedianya lapangan pekerjaan yang memadai, jaringan sosial yang terbatas, kemampuan berwirausaha yang rendah, hingga ketersediaan modal usaha. Kemampuan memahami sumber dan dukungan finansial menjadi tantangan terbesar bagi generasi milenial mengeksplorasi dan menempatkan potensi mereka sesuai kebutuhan, dan ironisnya mereka kalah dari tantangan tersebut.

Labih jauh, Sumartoyo melihat depresi ekonomi ini lalu menjadi masalah yang kronis dan memengaruhi kesejahteraan para milenial. Mereka mungkin menghadapi kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti pangan, pendidikan, kesehatan, dan perumahan. Selain itu, kurangnya akses terhadap layanan keuangan, pelatihan keterampilan, atau bantuan sosial juga dapat memperburuk situasi ekonomi mereka.

Depresi ekonomi tidak saja menimbulkan kekalahan dalam berpikir untuk menyusun masa depan, tetapi juga menimbulkan sengketa psikologi dalam diri para milenial yang berdampak pada lahirnya berbagai persoalan sosial. Wawancara ditujukan pada berbagai pemuda terkait apa yang dirasakannya ketika sedang mengalami kondisi ekonomi yang tidak baik. Beberapa pemuda mengakui memiliki tingkat stress yang berbeda dan sikap pesimis terhadap masa depan yang dinilai tidak pasti. Beberapa yang lain memilih masa bodoh dan bersikap antipati sosial karena malu dan merasa tidak diperhatikan.

Dampak depresi ekonomi secara personal dapat diurai sebagai berikut:

  1. Kecemasan berlebihan, depresi berat, menyalahkan diri sendiri, sehingga mempengaruhi kemampuan berpikir dan mengurangi produktivitas kerja.
  2. Mudah mengalami insomania, yaitu kesulitan untuk tidur atau mempertahankan tidur, atau hipersomnia, yaitu tidur berlebihan, selain itu munculnya gejala anoreksia, yaitu kehilangan nafsu makan, atau binge eating, yaitu makan berlebihan.
  3. Cukup banyak dari mereka yang melarikan diri dari masalah dengan menggunakan zat-zat seperti alkohol, rokok, narkoba, atau obat-obatan, efek ini diperparah dengan kondisi seperti berjudi, berkelahi, berhubungan seks tanpa perlindungan, atau mengemudi dengan ugal-ugalan.
  4. Milenial meras tidak memiliki harga diri dan harapan untuk memperjuangkan kehidupan mereka. Mereka memilih untuk vakum, menutup diri, dan meningkatkan resiko bunuh diri.
  5. Kehilangan gairah dalam hubungan interpersonal kepada teman, pasangan, keluarga. Kultur sifat yang muncul di sini adalah mereka mudah tersinggung, cepat marah dan agresif.
  6. Resistensi yang lebih dalam menyebabkan terjadinya penyimpangan seksualitas yang menjerumuskan mereka pada tingkat halusinasi seksualitas yang membuat mereka benar-benar menyimpang dari perilaku seks normal, misalnya menjadi pedofilia, suka sesama jenis, atau menjadi psikopat yang rentan memutilasi korbannya.

Sedangkan dampak ke konteks sosial yang lebih luas adalah munculnya kejahatan-kejahatan baru seperti pencurian dengan pembunuhan, perampokan secara tersistematis, pembunuhan berencana dengan motif ekonomi berupa merampas harta atau kekayaan seseorang, penipuan dan penggelapan, korupsi dan perampasan hak seseorang dengan kekerasan.

Sumartoyo mengingatkan Pemerintah Daerah agar memiliki upaya-upaya strategis untuk merumuskan kesetaraan ekonomi sebagai jembatan kestabilan sosial di kalangan milenial. Adanya ketidakpuasan ekonomi di antara sebagian kaum milenial bisa saja mengakibatkan ketegangan, konflik, atau ketidakharmonisan sosial. Oleh karena itu, pemahaman mendalam terhadap persoalan ekonomi di tingkat lokal sangat penting untuk merancang program-program pembangunan yang berfokus pada peningkatan kesejahteraan dan kesetaraan bagi seluruh kaum milenial.

Lalu bagaimana memahami kebutuhan kaum milenial terkait kesejahteraan ekonomi mereka?


Berdasarkan data generasi milenial memiliki peran penting dalam perekonomian Indonesia, terutama dalam sektor ekonomi kreatif. Milenial melalui sektor ekonomi kreatif berkontribusi sekitar Rp 1.300 triliun terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada tahun 2023. Ini setara dengan sekitar 7,8% dari total PDB nasional. Indonesia menempati peringkat ketiga di dunia dalam hal kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB. Ini paparan data secara Nasional, sedangkan data untuk Tana Toraja terkait ekonomi kreatif lebih didominasi pasar tersier atau penjualan hasil kerajinan tangan, namun skalanya masih kecil.

Referensi di atas menurut Sumartoyo anggaplah sebagai salah satu indikator bagaimana pemerintah daerah dapat memfasilitasi ekonomi kreatif menjadi salah satu kebutuhan milenial dalam memenuhi kesejahteraan ekonomi mereka. Diapun menyarankan agar Pendidikan literasi keuangan yang sesuai kondisi sosial ekonomi milenial dapat menjadi salah satu upaya strategis oleh pemerintah daerah untuk menggerakkan para milenial memenuhi kebutuhan pasar ekonomi kreatif.

Segementasi karakter milenial yang kreatif, inovatif, dan produktif seharusnya sudah berada dalam perencanaan daerah – agar generasi ini tidak hanya menjadi kelas pekerja melainkan menghidupkan ruang-ruang entreprenaure, dan tahan banting terhadap depresi ekonomi yang di tahun-tahun mendatang akan datang dengan badai resesi yang lebih besar.

Kontributor: Hajar Azwad


Spread the love

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *