JurnalistikKesehatan

Terapi Plasma Konvalesen Bisa Tangani Pasien Covid-19

Spread the love

AGUPENA – SAINS, Presiden Asosiasi Apheresis Dunia Fevzi Altuntas mengatakan terapi plasma konvalesen atau passive-antibody therapy, suatu metode terapi yang digunakan lebih satu abad yang lalu untuk menekan inti  wabah campak, polio, gondong dan influenza disebut sangat bermanfaat dalam menangani pasien Covid-19. Menurutnya, terapi ini berhasil diterapkan di banyak bidang ilmiah apheresis terapeutik di Turki.

“Apheresis adalah ilmu yang berurusan dengan pemrosesan darah di luar tubuh untuk menyembuhkan penyakit dan mendapatkan komponen darah yang diinginkan atau sel induk atau produk terapi seluler,” kata Altuntas mengutip Anadolu Agency, Kamis, (9/4/2020)

Menurutnya, apheresis adalah metode pengobatan yang telah berhasil diterapkan dalam mengobati berbagai macam penyakit yang menyangkut banyak disiplin ilmu seperti penyakit darah, nefrologi, neurologi, perawatan intensif, pengobatan darurat, mikrobiologi dan infeksi klinis.

Ia menekankan bahwa terapi apheresis tidak hanya diterapkan untuk produksi plasma pada pasien dengan coronavirus, apheresis juga diterapkan untuk menghilangkan virus, sitokin dan bahan kimia yang dilepaskan. “Dan menggantikan protein koagulasi yang dikonsumsi dan pengumpulan plasma dari orang yang telah pulih dari penyakit COVID-19 untuk dipindahkan,” jelasnya.

“Turki mulai menerapkan terapi plasma konvensional lebih cepat daripada banyak negara maju. Situasi ini merangkum keberhasilan yang telah dicapai negara kita di bidang ilmu apheresis,” katanya.

Apa yang dimaksud dengan terapi plasma konvensional?

Terapi antibodi pasif ini bertujuan untuk mentransfer antibodi kepada seseorang untuk tujuan melindungi dan mengobati terhadap penyakit, Altuntas menggarisbawahi.

Tujuan terapi adalah untuk mengambil antibodi dari darah seseorang yang telah pulih dari virus dan memindahkannya ke orang yang sakit. Dengan cara ini, virus pada pasien diharapkan dinonaktifkan.

Proses Terapi

Mengomentari proses terapi, Altuntas mengatakan semua yang diusulkan harus didiagnosis dengan COVID-19. Para pendonor seharusnya tidak memiliki keluhan dan merasa baik selama setidaknya 14 hari setelah pemulihan. Ia kembali menekankan bahwa secara hukum, orang yang berusia antara 18-60 tahun dapat menjadi tender.

Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa plasma yang dikumpulkan dari individu yang memenuhi kriteria ini, disimpan di bank darah. Berbicara tentang cara mengumpulkan produk di pusat apheresis, Altuntas mengatakan proses apheresis akan memakan waktu rata-rata 60-80 menit.

Sekitar 200-600 cc plasma akan dikumpulkan dengan perangkat apheresis. “Juga, donor akan diawasi selama 15 menit setelah transaksi selesai, katanya, seraya menambahkan harus ada persetujuan dari pendonor untuk sumbangan plasma baru ini,”.

Langkah Selanjutnya?

Menyinggung proses setelah mengumpulkan produk, Altuntas mengatakan plasma yang sudah diberi Barcod khusus akan disimpan pada suhu minus 18-25 derajat atau lebih rendah di dalam lemari penyimpanan terpisah. Kemudian, plasma pemulihan akan ditransplantasikan ke pasien COVID-19 yang parah dan kritis.

Akhirnya, 200-400 ml plasma konvalesen akan ditransplantasikan ke pasien tertentu. “Saya mengundang semua orang yang baru sembuh dari penyakit ini untuk menjadi donor sukarela plasma. Ini bukan hanya tanggung jawab sosial tetapi juga kewajiban nasional. Contoh solidaritas sosial kami seperti donasi plasma sangat penting untuk mengatasi pertarungan ini secara sehat,” tutupnya. (Indopolitika.com/artikel asli).


Spread the love

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *